Petani Keluhkan Hasil Pemasaran Komoditas Perkebunan

Katabali.com – Para petani masih mengeluhkan pemasaran komoditas perkebunan dan pertanian, karena itu pihaknya meminta pemerintah daerah untuk mencarikan jalan keluarnya, kata anggota DPRD Bali Ketut Gede Nugraha Pendit
“Ketika saya melakukan reses ke daerah beberapa pekan lalu, saya mendapat keluhan dari para petani bahwa pemasaran komoditas perkebunannya mengalami kendala, seperti penjualan kelapa, kopi dan lainnya,” katanya di Denpasar, Rabu (28/12/2016).
Ia mengatakan dengan adanya keluhan tersebut pihaknya berharap kepada pemerintah daerah melalui dinas terkait untuk mencarikan jalan keluarnya, sehingga para petani tidak kesulitan melakukan transaksi penjualan komoditas tersebut.
“Jika dibiarkan para petani menghadapi permasalahan tersebut, maka tidak menutup kemungkinan pendapatan mereka akan mengalami penurunan, sehingga berpengaruh juga dengan tingkat kesejahteraan keluarga mereka,” ujarnya.
Oleh karena itu, kata Nugraha Pendit, peran pemerintah harus mampu menjembatani permasalahan tersebut segera dilakukan, sehingga gairah bekerja di sektor perkebunan tetap eksis,” ucap politikus Partai Gerindra.
Ia berharap kepada para petani tidak menyerah dengan masalah yang dihadapi, namun ia meminta tetap bekerja keras mencarikan solusi sehingga pemasaran hasil komoditas yang dihasilkan tidak mengalami penurunan drastis.
“Saya berharap para petani tetap bekerja keras untuk meningkatkan hasil komoditas tersebut, yakni dengan menjaga kualitas agar mampu bersaing dipasaran. Dengan langkah tersebut saya yakin para petani mampu mengatasi permasalahan selama ini,” ujarnya.
Seorang petani, Wayan Lodra mengatakan komoditas yang dihasilkan daya beli dari tengkulak mengalami penurunan, sehingga penghasilan pun mengalami turun.
“Akhir ini para tengkulak (pembeli) datang kesini dengan harga lebih murah, sehingga penghasilan kami mengalami penurunan juga. Saya berharap kepada pemerintah menetapkan harga beli, seperti harga kelapa per butirnya, kopi per kg dan lainnya. Dengan patokan harga tersebut para tengkulak tidak terlalu berani bermain di harga pembelian,” katanya. (BB-Oz)

katabali

Kami merupakan situs portal online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *