Pemkot Denpasar Tandatangani LOI untuk Friendshipcity

KataBali.com – Beberapa orang tidak menganggap bahwa pusaka (heritage) itu penting bagi kehidupan, mereka hanya dianggap sebagai bangunan usang.  Padahal beberapa produk sejarah tersebut menampakkan bukti nyata kejayaan suatu bangsa di masa lalu. Karena penting dan strategisnya masalah heritage ini, UNESCO kemudian memberi definisi heritage yaitu sebagai warisan (budaya) masa lalu, yang saat ini dijalani manusia dan apa yang diteruskan kepada generasi mendatang.

 

Pendek kata, “heritage” adalah sesuatu yang harus diestafetkan dari generasi ke generasi, umumnya karena dikonotasikan mempunyai nilai sehingga patut dipertahankan atau dilestarikan keberadaannya.

 

Pusaka (heritage) tersebut dapat berupa Pusaka Alam, Pusaka Budaya dan Pusaka Saujana.  Pusaka Alam adalah bentukan alam yang istimewa.  Pusaka Budaya adalah hasil nyata, rasa dan karsa manusia yang istimewa, mencakup budaya yang berwujud (tangible) dan pusaka yang tak berwujud (intangible).

 

Pusaka Saujana adalah gabungan pusaka alam dan pusaka budaya dalam kesatuan ruang dan waktu, juga dikenal dengan pemahaman baru “cultural landscape” (saujana budaya) yang menitikberatkan pada keterkaitan antara budaya dan alam dan merupakan fenomena kompleks dengan identitas yang berwujud dan tidak berwujud.  Berpegang pada terminologi di atas, folklore  dalam bentuk cerita rakyat, tarian, kulinari, musik tradisional dan lain-lain masuk dalam pusaka budaya atau disebut heritage.

 

Berdasarkan pada faktor tersebut, UNESCO kemudian membentuk organisasi yang bergerak di bidang heritage ini, yang kemudian disebut OWHC atau Organisation of World Heritage Cities.  Beruntung dunia memiliki organisasi yang concern terhadap para saksi bisu ini, mereka tidak hanya peduli, namun menghargai setiap jerih payah manusia yang berusaha untuk meninggalkan hal penting bagi anak cucunya di kemudian hari lewat produk sejarah.

 

OWHC memiliki 298 kota anggota yang tersebar di 8 Secretariat Regional di seluruh penjuru dunia yaitu Sekretariat Regional Asia Pasifik, Northwest Europe & North America, South America, Euro Asia, Eastern & Central Europe, Southern Europe Mediteranian,  Affrica & Middle East serta Central America, Caribbean & Mexico.

 

Sebagai salah satu Secretariat Regional yang baru saja terbentuk, Sekretariat Regional Asia Pasifik  yang digawangi oleh Kota Gyeongju sebagai Regional Coordinator memiliki 23 kota anggota di kawasan Asia Pasific  termasuk Denpasar  yang telah bergabung pada tahun 2013 dan Surakarta yang telah bergabung setahun sebelumnya.

 

Kota Gyeongju telah mengukuhkan keberadaannya sebagai salah satu Sekretariat Regional yang sangat dinamis dan terbukti dengan terpilihnya Kota Gyeongju melalui voting sebagai host World Congress OWHC pada tahun 2017 mendatang pada saat World Congress sebelumnya yang diadakan di Arequippa, Peru pada tahun 2015.

 

Dalam Regional Conference tersebut Rai  Mantra menaruh harapan besar agar Kota Denpasar memperoleh dukungan dari OWHC untuk menyelenggarakan Denpasar Fine Art Biennale pada tahun 2018 yang sedianya akan mengundang member cities OWHC dan dalam kesempatan itu usulan positif tersebut mendapat respon yang simpatik dan agenda acara tersebut telah menjadi bahan pertimbangan bagi segenap jajaran pengurus Regional Secretariat OWHC Asia Pasific dan Board Member  World Secretariat OWHC.

 

Dengan ikut sertanya kota Denpasar menjadi salah satu dari  298 kota anggota, akan menjadikan peluang bagi Kota Denpasar selain mendapatkan informasi mengenai pelestarian pusaka sekaligus menjadi media promosi  juga dapat memperluas pergaulan dengan jaringan kota-kota di dunia internasional.

 

Mengingat pelestarian pusaka merupakan salah satu isu global yang tidak kalah pentingnya dengan isu yang marak saat ini baik mengenai global warming, child abuse, woman trafficking maupun isu politik lainnya, budaya merupakan salah satu bidang yang terkait dan terintegrasi secara holistik  dengan bidang lainnya.

 

Sejalan dengan hal tersebut, Rai Mantra pun bersama segenap jajaran Pemerintah  Kota Denpasar memberi perhatian besar terhadap upaya pelestarian pusaka yang selain telah mendapat dukungan penuh dari lembaga adat maupun formal, upaya pemahaman akan pentingnya pelesatarian pusaka ini pun telah menyasar generasi muda agar sejak dini tertanam sadar pusaka pada diri generasi muda dengan telah dibentuknya Kader Pelestari Budaya.

 

”Berbicara masalah budaya, tidak bisa hanya dari satu sudut pandang karena masalah budaya merupakan bidang yang holistik dan terkait dengan bidang ekonomi, sosial dan bidang lainnya,”tegas Rai Mantra.  Peran dan kontribusi budaya terhadap sektor lainnya sangat signifikan dalam pembangunan baik di sektor ekonomi, pariwisata, pendidikan dan bidang  lainnya sehingga keberpihakan terhadap budaya adalah menjadi suatu keharusan dalam era kekinian saat ini.

LOI (LETTER OF INTENT)

Kota Denpasar mengukuhkan tindak lanjut kerjasama dengan Pemerintah Kota Gyeongju melalui penandatanganan naskah Letter of Intent  (Surat Pernyataan Minat)  tentang Kerjasama Persahabatan antara Kota Denpasar dengan Kota Gyeongju. Letter of Intent (LoI) yang ditandatangani di Gyeongju, Korea Selatan antara Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, Walikota Denpasar dengan Yang Sik Choi, Walikota Gyeongju pada tanggal 6 Oktober 2016 dilaksanakan sekaligus pada saat Rai Mantra mengadakan lawatan ke negeri ginseng tersebut untuk memenuhi dan mengikuti  undangan Second Regional Conference OWHC Asia   Pacific bagi kota-kota yang tergabung dalam organisasi Pelestarian Kota Pusaka Dunia pada tanggal 5 hingga 7 Oktober 2016.

 

Tampak hadir pula dalam Regional Conference tersebut, Denis Ricard, Secretaris General Dunia OWHC , dan dalam konferensi tersebut mengatakan bahwa  pusaka dunia saat ini tengah terancam keberadaanya di tengah kemajuan peradaban global, namun ia yakin dengan adanya komitmen yang tinggi dari kota-kota yang tergabung dalam jaringan OWHC ini, maka ke depannya akan semakin banyak pusaka dunia yang dapat diselamatkan sebagai rekam jejak sejarah dan banyak hal yang dapat dipelajari oleh generasi kita ke depannya.

 

Letter of Intent yang merupakan pernyataan minat dari kedua kota untuk meningkatkan intensitas kerjasama melalui kerjasama Friendship City (Kota Bersahabat)  tersebut dilaksanakan berdasarkan pada kesetaraan dan kepentingan bersama serta saling pengertian yang berkeinginan untuk memperkuat dan mengembangkan pertukaran persahabatan dan kerjasama yang saling menguntungkan antara kedua kota dalam bidang  ekonomi, budaya, pendidikan, kesehatan, teknologi dan bidang lain yang disetujui oleh kedua belah pihak.

 

Diharapkan Letter of Intent yang dibangun kedepannya akan menjadi langkah nyata yang menunjukkan keseriusan Kota Denpasar selain sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pelestarian pusaka juga akan dapat menjadi peluang strategis bagi Kota Denpasar sebagai salah satu media untuk memperluas ajang promosi pariwisata dan sarana untuk memperluas akses jaringan dan informasi dalam kancah pergaulan internasional.

 

Penandatanganan LoI ini selain untuk menindaklanjuti kerjasama yang sudah terjalin dengan baik antara Kota Denpasar dan Gyeongju yang sebelumnya telah berkolaborasi menyelenggarakan Strategic Meeting OWHC Asia Pasific pada Agustus 2016 lalu, Letter of Intent ini akan menjadi dokumen legal diplomasi budaya antara kedua kota selain juga menjadi salah satu bentuk dukungan bagi Kota Gyeongju dalam menyambut World Congress OWHC 2017 mendatang.

 

Dalam LoI tersebut terbuka peluang bagi Kota Denpasar untuk mendukung World Congress 2017 dengan potensi yang telah dimiliki diantaranya potensi pusaka budaya yang termasuk pusaka intangible (tak benda/ragawi) sebagai salah satu bagian  keragaman pusaka diantara 3 bagian keragaman pusaka yaitu pusaka alam, pusaka budaya dan pusaka saujana.

 

Rai Mantra pun menyampaikan dengan antusias dukungan Kota Denpasar kepada Walikota Gyeongju pada saat penandatangan LoI dilaksanakan ,”Kota Denpasar sangat mendukung Kota Gyeongju selaku Host World Congress 2017 dan sebagai salah satu bentuk dukungan dan solidaritas kami selaku sesama anggota OWHC Asia Pasifik, maka bila diperlukan kami dapat memberikan dukungan melalui pementasan eksebisi tim kesenian maupun sharing best practice mengenai pelestarian pusaka.” (JCHBDw)

katabali

Kami merupakan situs portal online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *