Nonton Bareng Sinema Bentara: Kisah Cinta Lintas Masa
KataBali.com– Bentara Budaya Bali kembali menggelar agenda pemutaran film Sinema Bentara, kali ini mengambil tajuk“Kisah Cinta Lintas Masa”.Adapun pemutaran film ini disajikan konsep nonton bareng ala Pasar Misbar pada Jumat-Minggu (10-12/6) di Bentara Budaya Bali, Jl. Prof. Ida Bagus Mantra No.88A, Ketewel.
Program Sinema Bentara kali merupakan kerjasama Bentara Budaya Bali dengan Sinematek Indonesia, Pusat Kebudayaan Prancis Alliance Française de Bali, Pusat Kebudayaan Jerman Goethe Institut Indonesien, dan Udayana Science Club.
Cerita tentang cinta tak kunjung selesai diurai dalam sinema. Melalui beragam genre, lahirlah film-film lintas masa yang bertutur tentang hubungan kasih anak manusia, entah berakhir bahagia, tragedi, atau semata cinta tak sampai.
Tema cinta memang menarik bagi publik, terutama yang berangkat dari pengalaman nyata bersifat personal sekaligus universal.
Ada Apa Dengan Cinta? (Rudi Soedjarwo, 2002) merupakan salah satu film bertema cinta yang sukses di industri film Indonesia, terbukti dengan berbagai penghargaan yang diraihnya. Salah satunya Penghargaan Sutradara Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2004. Sekuel kedua dari AADC, yaitu AADC2 (Riri Reza, 2016) pun merupakan sebuah fenomena dengan keberhasilannya menarik jumlah penonton hingga 3 jutaan lebih.
Jauh sebelum kisah romantika Rangga dan Cinta lahir dari film Ada Apa Dengan Cinta?, film-film bertema serupa sesungguhnya sudah mulai populer di Indonesia sekitar tahun 1970-an lewat karya-karya sutradara sohor kala itu. Penonton tahun 80-an juga tak akan melupakan kisah melankoli pasangan ikonik Galih dan Ratna lewat film Gita Cinta dari SMA (1979, Arizal) yang diperankan oleh Rano Karno dan Yessi Gusman.
Film yang diputar merupakan film fiksi arahan sutradara dalam negeri juga lintas bangsa. Melalui acara ini, kita dapat membandingkan bagaimana sutradara-sutradara mumpuni Indonesia semisal Wim Umboh, Teguh Karya, Arizal, Rudi Soedjarwo berikut sutradara peraih banyak Oscar dari Perancis, Michel Hazanavicius, menyuguhkan kisah kasih dalam berbagai latar serta keunikan jalinan cerita masing-masing.
“Kisah yang dihadirkan tidak sekadar roman picisan ala remaja, namun juga menyiratkan pergulatan batin sang tokoh, serta mengandung refleksi kehidupan yang mendalam.” ungkap Juwitta Lasut, staf Bentara Budaya Bali.
Adapun judul film yang diputar, di antaranya: Pengantin Remaja (Indonesia, 1971, Wim Umboh); Cinta Pertama (Indonesia, 1973, Teguh Karya); Badai Pasti Berlalu (Indonesia, 1977, Teguh Karya); Gita Cinta dari SMA (Indonesia, 1979, Arizal); Ada Apa Dengan Cinta (Indonesia, 2002, Rudi Soedjarwo); The Artist (Prancis, 2011, Michel Hazanavicius); dan Lila Lila (German, Alain Gsponer, 108 menit, 2008/09).
Serangkaian dengan agenda Sinema Bentara, dihadirkan pula workshop, diskusi, serta pemutaran film pendek. Workshop kali ini merupakan kelanjutan dari #Kelas Kreatif Bentara Muda yang pada bulan Mei lalu menghadirkan workshop bidang fotografi dan jurnalistik.
Workshop film berlangsung pada Jumat (10/6) pukul 15.00 WITA. Sebagai narasumber adalah I Made Denny Chrisna Putra, S.Sn. dan I Gusti Made Ariyadi, S.Sn. Keduanya merupakan dosen Jurusan Film dan Televisi Fakultas Desain dan Seni Rupa ISI Denpasar. Materi yang akan didalami meliputi tata bahasa dasar pada film, prinsip dasar sinematografi, dan teknik dasar penyutradaraan.
“Kelas kreatif Bentara Muda untuk film sejalan dengan semangat kuratorial Sinema Bentara selama ini, tidak hanya menghadirkan serta berbagi pemahaman film-film terkini di tanah air, namun juga film-film produksi luar negeri hasil cipta sutradara-sutradara sohor dan mumpuni.” ungkap Putu Aryastawa, staf Bentara Budaya Bali.
Seusai workshop, dilangsungkan diskusi dan penayangan film-film pendek buah karya mahasiswa Jurusan Film dan Televisi Angkatan 2013 Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Denpasar. Merangkum tajuk ‘Cinema AK13 On Screen’, akan ditayangkan empat film terpilih bertema ‘lokalitas’.
Film-film tersebut antara lain: Mewali (2016, Sutaradara: Dea Chessa Lana Sari), Hari Esok Siapa yang Tahu (2016, Sutradara: Galih Seta Dananjati); Tengai Tepet (2016, Sutradara: Dodek Sukahet), dan Janji (2016, Sutradara: I Wayan Widharma). (izz)