Era Reformasi Lahirkan Hiruk Pikuk Perebutan Kekuasaan

KataBali.com – Era reformasi dinilai belum mampu mengubah keadaan bangsa sebaliknya hanya menjadikan hiruk pikuk perebutan kekuasaan antar berbagai pihak kepentingan.

Ketua Gerakan Pemantapan Pancasila (GPP) Provinsi Bali,  Brigjen Pol (Purn) I Njoman Gede Suweta  menyatakan, Pancasila sebagai dasar negara, merupakan landasan filosofis dan juga pandangan hidup bangsa Indonesia.

Pancasila dikagumi dan diakui oleh dunia internasional sebagai sesuatu yang bersifat universal.

Oleh karena itu sangat wajar dan bahkan sudah menjadi keharusan bagi setiap rezim atau penerima mandat sebagai pengelola negara atau pemerintahan baik masa Orla, Orba maupun orde reformasi menyatakan dan berusaha menjadikan pancasila sebagai landasan dan pedoman dalam setiap kebijakannya.

Di hadapan guru dan Siswa SMK itu, Suweta mengakui, mempraksiskan Pancasila dalam hidup sehari-hari belum sepenuhnya dapat dilakukan.

Gerakan reformasi misalnya, yang pada awalnya menebar harapan belum mengubah apapun kecuali hiruk pikuk perebutan kekuasan.

Sampai saat ini reformasi tidak memberi arah bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Tapi melahirkan kelompok elite pemilik modal yang menjadi penguasa politik dan ekonomi,” ujarnya dalam sambutan Apel Bendera Hari Lahir Pancasila di SMK PRADA, Badung, Rabu (1/6/2016).

SMK PRADA merupakan Laboratorium Pancasila yang dikembangkan oleh GPP Bali.

Dalam sambutannya, Suweta menjelaskan, Pancasila bersumber dari kandungan nilai-nilai luhur budaya Indonesia yang digali oleh Bung Karno selama 25 tahun, dan hasilnya disampaikan dalam pidato di depan sidang BPUPKI tanggal 1 juni 1945 yang Kemudian dikenal hari lahirnya Pancasila.

Pancasila yang berarti lima dasar atau azas , telah disepakati oleh founding fathers sebagai dasar negara.

Di atas lima dasar itulah didirikan negara Indonesia yang kekal dan abadi,” ujarnya.

Kekuatan modal dan kekuasaan politiknya pada akhirnya menyadera demokrasi permusyawaratan/perwakilan sebagaimana dimaksudkan dalam nilai-nilai Pancasila.

“Kita tidak perlu heran jika setiap kontestasi pilitik pemenangnya adalah orang orang yang modalnya kuat,” tandasnya. (maf)

katabali

Kami merupakan situs portal online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *