Golput Tinggi Kegagalan KPU, Juga Sejarah Buruk Selama Hajatan Pilkada di Bali
KataBali.com – Akademisi yang juga Pengamat politik Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar Dr Nyoman Subanda menilai, meski secara teori ada tiga faktor yang mempengaruhi partisipasi pemilih, namun ia menengarai, rendahnya partisipasi pemilih dengan tingginya angka golput (golongan putih) di Pilkada Buleleng 2017 dipicu dua faktor.
Disebutkan, dua faktor itu yakni selain faktor teknis, juga faktor politis. “Kalau faktor ideologi, saya yakin untuk kasus Buleleng tidak berpengaruh. Peluangnya dari tiga faktor secara teori, saya lebih yakin akibat teknis dan politis,”terang Subanda via telepon, Kamis (16/2).
Dijelaskan, kemungkinan faktor teknis iti, kata Subanda yakni lebih ditekankan pada penyelenggara. Munculnya kekeliruan data administrasi, pendataan penduduk yang kurang tepat, atau rendahnya koordinasi antara penyelenggara dengan stakeholder ataupun perangkat juga menjadi penyebab faktor teknis. Kedua faktor politis. Menurutnya, jika rendahnya partisipasi pemilih bisa saja disebabkan faktor politis.
“Artinya memilih atau tidak memilih sama saja. Atau bisa karena dua calon yang ditawarkan dinilai sama saja dan tidak membawa dampak apapun bagi masyarakat? Atau juga karena kedua paslon juga dinilai kurang dari sisi kapabilitas juga bisa saja terjadi,”tegasnya.
Namun demikian, untuk memastikan apakah penyebab Golput tinggi akibat dua faktor itu, sebagai akademisi, Subanda menyatakan butuh kajian lebih jauh. “Harus ada kajian lebih lanjut. Melihat karakteristik masyarakat Buleleng tentu tidak bisa begitu saja menyimpulkan. Kalau memang kemudian faktor teknis, maka apa yang menjadi tujuan pemilu tentang pembelajaran dan demokrasi, maka dengan banyak pembelajaran dari setiap hajatan pemilu, maka bisa saja penyelenggara dianggap gagal. Gagal karena bisa saja tidak profesional, tidak tanggap mengantisipaso dan sebagainya,”tegasnya.
Sementara itu, masih terkait tingginya angka Golput di Pilkada Buleleng, juga menjadi catatan bagi Ketut Kariasa Adnyana selaku ketua tim pemenangan paslon Nomor urut 2 (Putu Agus Suradnyana-Nyoman Sudjitra). Dikonfirmasi terpisah via telepon, Kariasa mengatakan bahwa dengan jumlah daftar pemilih tetap (DPT) sebanyak 583.381 dan TPS sebanyak 1.086, maka dengan partisipasi pemilih yang hanya mencapai 53 persen dinilai sangat tinggi. Bahkan, ia mendorong agar baik KPU ataupun Panwas sama-sama melakukan kajian.
“Apalagi dana penyelenggaraan Pilkada sangat besar.Partisipasi pemilih 53 persen ini harus benar-benar dicari penyebabnya. Bukan soal calon menang atau kalah. Tapi kenapa jumlah pemilih yang tidak menggunakan haknya bisa mencapai 47 persen? Sementara sudah ada libur nasional dan sebagainya. Ini yang harus segera dijawab. Apakah masyarakat enggan, atau memang ada pemikiran bahwa incumbent akan menang lagi? Ya tentu kalau jumlah golput tinggi dan partisipasi rendah, kami selaku incumbent juga sangat dirugikan,”tegas politisi PDI Perjuangan asal Buleleng ini.
Pun demikian dengan Sekretaris DPD I Partai Golkar Bali Nyoman Sugawa Korry. Sebagai partai pendukung dari paslon Nomor urut 1 (Dewa Nyoman Sukrawan-Gede Dharmawijaya) rendahnya partisipasi pemilih yang mencapai prosentase 47 persen lebih menjadi sejarah buruk sepanjang perjalan hajatan demokrasi di Bali. Bahkan menurutnya, ia tidak menduga jika angka Golput akan mencapai 40 persen lebih. “Ini prosentase tertinggi sepanjang Pilkada Bali dan diluar prediksi. Padahal awalnya kami memprediksi angka Golput akan berkisar antara 25-35 persen,”tegasnya.
Menurutnya, dengan rendahnya partisipasi pemilih di Pilkada Buleleng 2017, maka hal ini bentuk kegagalan dari penyelenggara khususnya KPU Buleleng. “KPU harus segera mengkaji dan mencari jawabannya. Kemudian KPU juga harus segera menyampaikan sejelas-jelasnya dan setransparan mungkin. Ini penting karena menyangkut legitimasi paslon,”ujarnya,
Selain itu, lanjutnya, sebagai partai pendukung, Sugawa Korry menjelaskan bahwa Partai Golkar telah berupaya memberikan dukungan maksimal dan profesional. Sehingga terkait hasil penghitungan suara, pihaknya lebih menyerahkan pada tim Surya.”Soal temuan hendaknya juga ditindaklanjuti dengan prosedur hukum. Kami juga sampaikan terimakasih kepada semua pihak termasuk aparat keamanan yang telah bekerja mengamankan Pilkada Buleleng dengan berakhir kondusif,”tegasnya.
Sedangkan Ketua Bawaslu Bali Ketut Rudia, terkait rendahnya partisipasi pemilih di Pilkada Buleleng, selaku pengawas, pihaknya mengaku telah berulangkali mengingatkan kepada KPU maupun Panwas yang ada di Buleleng. Bahkan warning Bawaslu itu dilakukan dari awal hingga proses distribusi formulir C-6 atau beberapa hari menjelang masa pungut hitung pada tanggal 15 Februari 2017 lalu. “Selaku pengawas, upaya sudah kami lakukan dan tentu ini akan menjadi evaluasi bersama,”pungkasnya. (JCJy)