Gerakan Literasi Sekolah dan Perpustakaan Daerah “Bergesernya Pola Baca Media Konvensional ke Digital”

KataBali.com – Ada situasi ambivalen antara program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dengan keberadaan Perpustakaan Daerah. Satu sisi pemerintah menggencarkan budaya literasi agar minat baca dan menulis siswa tumbuh baik, namun di sisi lain minat pelajar mengunjungi perpustakaan sebagai gudangnya ilmu pengetahuan justru merosot. Bahkan eksistensi Perpustakaan malah terkesan mati suri. Ada apa?
————

 

Terkait GLS, Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Bali Luh Putu Haryani menampik adanya kesan penurunan atau merosotnya jumlah kunjungan ke perpustakaan, khususnya yang ada di Provinsi Bali “Kalau merosot atau turun saya kira tidak ya? Saya lihat masih stabil,”aku Luh Haryani saat dikonfirmasi via telepon oleh Jawa Pos Radar Bali, Jumat lalu (3/2).

 

 

Dijelaskan, bahwa Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Bali saat ini terus berbenah. “Kita semua tahu bahwa perpustakaan sebagai jantung ilmu dan sumbernya pengetahuan. Untuk itu kami di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Bali sudah menyiapkan bagaimana untuk terus berupaya meningkatkan wawasan,”terangnya.
Disebutkan, sejumlah upaya Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Bali itu diantaranya dengan penyediaan atau penambahan koleksi buku atau bacaan, jurnal-jurnal, ataupun e-library atau perpustakaan digital, VCD/DVD, dan lain-lain “Harus disadari bahwa era digital seperti sekarang ini, kami (pemerintah) juga dituntut untuk terus berinovasi.

 

 

E-library menjadi salah satu dari inovasi kami dengan adanya pergeseran kebutuhan dari era konvensional ke era digital atau IT,”paparnya.
Bahkan, lanjutnya di tengah masa perpindahan dari lokasi perpustakaan lama di Jalan Teuku Umar Denpasar ke Jalan DI Panjaitan di Renon, Denpasar, Luh Haryani juga menjelaskan bahwa sebagai bentuk inovasi dan upaya agar masyarakat memiliki minat yang tinggi untuk datang berkunjung ke perpustakaan pemerintah, pihaknya juga tengah menata perpustakaan sebagai tempat rekreasi. “Sehingga mereka yang datang ke perpustakaan bukan saja mendapat wawasan, pengetahuan dan ilmu, tetapi dengan penataan perpustakaan baru ini juga diharapkan pengunjung lebih merasa nyaman, fresh, dan santai. Bukan hanya ruang bacanya yang luas dan koleksi sesuai kebutuhan, area parkir dan penempatan gazebo juga kami harapkan bisa menambah minat pengunjung,”tambahnya.

 

 

Diakui Luh Haryani, dengan makin majunya era digital, dalam sehari ada sekitar 250 pengunjung yang datang ke perpustakaan provinsi.”Sekali lagi kalau turun tidak, tapi lebih pada terjadinya pergeseran pola baca dari dulunya media konvensional (fisik) ke digital,”terangnya.

 

 

Sehingga untuk terus menumbuhkan semangat membaca dan meningkatkan jumlah kunjungan masyarakat ke perpustakaan,  selain turun ke sekolah-sekolah bersama UPT untuk menggalakkan pojok membaca dengan pihak sekolah, pada 2017 ini, Luh Haryani mengaku jika pihaknya saat ini juga sedang melakukan penjajakan dan bersurat ke Dinas Perhubungan Provinsi Bali dengan mempersiapkan perpustakaan keliling Trans Sarbagita.”Kami sudah jajaki dan bersurat ke Dishub Bali. Penjajakan itu lebih pada soal teknis. Selain itu, pasca peralihan kewenangan SMA/SMK dari kabupaten/kota ke Provinsi, kami juga turun ke sekolah SMA/SMK untuk pojok baca. Kami mulai dari daerah terjauh dan terisolir dulu, baru jika sudah semua, kami akan fokus di perkotaan seperti Denpasar dan Badung,”terangnya.

 

 

Bahkan, masih dalam rangka menyukseskan program GLS, terang Luh Haryani, Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Bali juga telah menjalin kerjasama dengan PT Telkom melalui layanan akses “Q-Baca” gratis untuk khusus bacaan budaya Bali.”Ada 200 sampai 800 judul koleksi budaya yang bisa diakses masyarakat. Kami juga bersyukur dan optimistis dengan kepedulian gubernur yang peduli dengan program ini,”terangnya,

 

 

Bukti kepedulian pemerintah itu, kata Luh Haryani yakni salah satunya dilihat dari terus bertambahnya penganggaran APBD Provinsi Bali untuk program ini. “Dalam setiap tahun terus meningkat. Bahkan di 2017 ini ada sekitar Rp 4 miliar lebih yang dianggarkan pemerintah untuk kearsipan dan perpustakaan, dan ini sudah dilakukan rasionalisasi,”pungkasnya. (JcJy)

katabali

Kami merupakan situs portal online

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *